![]() |
Foto:Kompas
|
Cita-cita presiden baru kita, Joko Widodo, ialah memberikan pengawasan terhadap NKRI dengan menggunakan pesawat tanpa awak atau drone dikarenakan wilayah Indonesia yang terbentang luas dan terdiri dari ribuan pulau. Secara artian jelas dan singkat, drone adalah pesawat pengintai tak berawak yang dijalankan dengan pusat kendali di suatu tempat dengan menggunakan komputer atau juga remote control. Selain dapat dikendalikan, drone juga dapat disetting untuk dapat terbang sendiri (otomatis).
Merunut penjelasan dari Wikipedia, drone adalah unmanned aerial vehicle (UAV) yang disebut pula dengan nama Remotely Piloted Aircraft (RPA) oleh International Civil Aviation Organization (ICAO).
Drone ini dibagi dua karena memang tugas dari keduanya berbeda, walaupun polanya sama. Drone versi pertama adalah combat drone atau drone untuk keperluan pengintaian, peperangan dan penyerangan.
Dikarenakan memiliki fungsi sebagai alat pengintai sekaligus penyerang, maka pesawat terbang tanpa awak ini dilengkapi dengan senjata.
Drone versi kedua adalah dibuat dengan fungsi untuk sarana pengangkatan sesuatu benda atau barang atau juga terkadang digunakan untuk melakukan tugas yang dianggap kotor dan terlalu berbahaya bagi manusia, contohnya di tempat yang memiliki tingkat radiasi tinggi.
Tentunya karena tidak memiliki awak, maka drone dilengkapi dengan kamera infra-red, Global Positioning Systems (GPS) dan sistem komputer yang terkoneksi dengan pusat kendalinya.
Penggunaan drone tidak semata-mata hanya dalam bidang keamanan ataupun militer saja. Beberapa waktu lalu saya berkesempatan mengikuti seminar yang diisi oleh Pulkit Jaiswal, Co-Founder & CTO Garuda Robotics. Pulkit menujukkan hasil kerja yang telah dilakukan drone Garuda Robotics pada bidang agrikultur dalam membantu memantau kondisi tanaman di daerah Sumatera. Selain itu, drone pun dapat dimanfaatkan untuk memantau kebersihan lingkungan sekaligus sarana-prasarana kota dan mengantisipasi adanya bencana buatan, semisal kebocoran pipa dan kebakaran hutan.
Kini untuk mendukung visi bapak presiden Joko Widodo, Indonesia telah mempunyai 5 drone yang di datangkan dari luar negeri. Tak mau kalah, anak negeri pun sebelumnya juga sedang mengembangkan drone juga. Tiga unit drone yang dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) kini tengah diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia. Rencananya, tiga unit drone buatan Indonesia itu akan dirilis akhir tahun ini.
Semua teknologi yang ada pasti mempunyaai sisi positif dan negatifnya. Sisi positif atau kegunaan dari penggunaan drone selain dapat meminimalisir jatuhnya korban jiwa dalam mengoperasikannya, beberapa kegunaan lainnya sudah dijelaskan sebelumnya diatas. Bagaimana dengan sisi negatifnya ? Keakuratannya yang masih dipertanyakan. Manusia dapat melakukan kontak visual untuk membedakan mana lawan, sipil dan kawan. Ketiga aspek ini yang tidak dimiliki oleh drone yang dikendalikan secara jarak jauh sehingga sering mengakibatkan terjadinya salah tembak. Selanjutnya ialah masalah operasionalnya yang hanya dapat terbang beberapa jam saja. Untuk dapat mengawasi NKRI yang sangat luas pastinya harus dibutuhkan banyak drone.
Semoga saja cita-cita bapak presiden dan cita-cita kita semua rakyat Indonesia agar NKRI lebih aman dan bebas dari mata-mata asing serta beragm kegunaan dari penggunaan drone dapat terealisasikan.
----------------------------------------------------------------------
referensi:
idjoel.com
sindonews.com
nationalgeographic.co.id
idjoel.com
sindonews.com
nationalgeographic.co.id
Tulisan ini adalah salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
0 komentarator :
Post a Comment