Air adalah suatu senyawa yang
sangat penting bagi semua bentuk kehidupan yang ada di bumi ini. Air menutupi
hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330
juta mil³) air yang tersedia di bumi. Air bersih sangatlah penting bagi
kehidupan manusia. Untuk dapat
terwujudnya kesehatan yang sempurna dalam kehidupan ini, maka sangat perlu akan
yang namanya sanitasi. Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan
hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan
kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan
menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Bahaya ini mungkin bisa
terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia atau biologis dari
penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan
terdiri dari tinja manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat,
air bahan buangan domestik (cucian, air
seni, bahan buangan mandi atau cucian), bahan buangan industri dan bahan
buangan pertanian. Atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa sanitasi
merupakan segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang
memenuhi persyaratan kesehatan. Namun ada hubungan apa air dan sanitasi ?
Air merupakan kebutuhan
mendasar bagi semua makhluk hidup yang bagi kita dipergunakan seperti untuk
minum, mandi, cuci, masak dan sebagainya. Sedangkan keberadaan sanitasi yang
bersih dan sehat juga tidak bisa dianggap remeh keberadaannya. Sayang,
tidak semua orang bisa mengakses air bersih dan mendapatkan sanitasi yang
memadai untuk kebutuhan hidup. Air bersih
dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan
manusia. Akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan salah satu fondasi
inti dari masyarakat yang sehat, sejahtera dan damai. Hampir 50 persen rumah
tangga di wilayah perkotaan dan pedesaan di Indonesia kekurangan
layanan-layanan dasar seperti ini. Sistem air bersih dan sanitasi yang baik
akan menghasilkan manfaat ekonomi, melindungi lingkungan hidup, dan vital bagi
kesehatan manusia.
Air yang notabene nya
diciptakan Tuhan, dikelola oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk
rakyat, rupanya saat ini telah menjadi barang mahal saja. Jika kita lihat saat
ini, masih banyak orang yang harus merogoh kocek dalam hanya untuk mendapatkan
satu liter atau se-jerigen air. Selain itu, banyak daerah di berbagai belahan
dunia, termasuk Indonesia masih mengalami kesulitan untuk memperoleh air.
Menurut temuan terbaru WHO, lebih dari 1,1 milyar orang pada wilayah pedesaan
dan perkotaan kini kekurangan akses terhadap air bersih dari sumber yang
berkembang dan 2,6 milyar orang tidak memiliki akses terhadap sanitasi dasar.
Dampak kesehatan dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap air bersih
dan sanitasi diantaranya nampak pada anak-anak sebagai kelompok usia rentan.
WHO memperkirakan pada tahun 2005 1,6 juta balita (rata-rata 4500 setiap tahun)
meninggal akibat air yang tidak aman dan kurangnya higienitas. Anak-anak secara
khusus berisiko terhadap
penyakit bersumber air seperti diare, dan penyakit akibat parasit. Kurangnya
sanitasi juga meningkatkan risiko KLB kolera, tifoid dan disentri. Jika
permasalahan ini tak segera diatasi, diprediksikan dunia terancam tak bisa
mencapai target penyediaan air bersih dan sanitasi, kecuali ada peningkatan
luar biasa dalam hal kapasitas kerja dan investasi dari sekarang hingga tahun
2015, hal tersbeut berdasarkan laporan terbaru WHO dan UNICEF. Situasi ini
terutama menjadi lebih parah pada wilayah perkotaan, dimana pertumbuhan
penduduk yang cepat memberikan tekanan bagi pelayanan dan kesehatan masyarakat
miskin.
Selain akses yang buruk
terhadap air bersih, masalah lain yang menjadi PR untuk
kita bersama adalah air bersih yang sejatinya menjadi sumber kehidupan warga
sekitar, kini sudah tercemar dan berubah warna hitam pekat, sehingga tidak
layak lagi untuk mandi, cuci dan minum. Sedangkan untuk masalah sanitasi, kegagalan
untuk mendorong perubahan perilaku, khususnya di kalangan keluarga
berpenghasilan rendah dan penduduk di daerah kumuh telah memperburuk situasi air bersih dan
sanitasi di Indonesia. Ternyata ada kira-kira 20% penduduk Indonesia yang masih buang air besar
sembarangan. Kondisi ini tentunya mengakibatkan pencemaran pada
lingkungan dan berimbas pada buruknya kesehatan warga. Padahal antara akses air
bersih, sanitasi, kesehatan lingkungan serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat pra sejahtera merupakan hal penting dan saling terkait. Air
merupakan kehidupan, sanitasi adalah martabat dan keduanya mendukung
tercapainya kesehatan lingkungan yang pada akhirnya turut memberikan kontribusi
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dunia.
Diperkirakan sebanyak 80%
orang yang tak miliki akses terhadap sumber air minum yang telah berkembang
berada di Sub Sahara Afrika, Asia Timur dan Asia Tenggara. Akibat pertumbuhan
penduduk selama 1999-2004, jumlah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap
air minum di Sub-Sahara Afrika meningkat hingga 23%. Kini, hanya 56 % penduduk
yang memiliki akses terhadap penyediaan air minum yang telah berkembang. Hanya
37% dari penduduk di Sub-Sahara Afrika memiliki akses terhadap sanitasi dasar
pada tahun 2004, dibandingkan dengan rata-rata di seluruh dunia, sebesar
59%. Pada wilayah pedesaan, akses terhadap sumber air minum yang telah
berkembang dan pelayanan sanitasi dasar sangat rendah. Pada tahun 2000, dunia
berjanji untuk menurunkan separuh dari orang yang tidak memiliki akses terhadap
air minum dan sanitasi dasar. Namun untuk mencapai target air dan sanitasi akan
membutuhkan upaya yang lebih besar dari pembuat kebijakan, lembaga pelatihan,
pendanaan, perencanaan dan pembangunan. Solusi-solusi tersebut harus
menitikberatkan pada masyarakat di seluruh dunia.
Sebuah studi Bank Dunia
yang disebarluaskan bulan Agustus 2008 menemukan bahwa kurangnya akses terhadap
sanitasi menyebabkan biaya finansial dan ekonomi yang berat bagi ekonomi
Indonesia, tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi sektor publik dan
perdagangan.
Sanitasi yang buruk,
termasuk kebersihan yang buruk, menyebabkan sedikitnya 120 juta kasus penyakit
dan 50.000 kematian dini setiap tahun, dengan dampak ekonominya senilai lebih dari 3,3 miliar dolar AS
per tahun. Sanitasi yang buruk juga menjadi penyumbang signifikan dari polusi
air yang menambah biaya air yang aman bagi rumah tangga, dan menurunkan
produksi perikanan di sungai dan danau. Biaya ekonomi yang terkait dengan
polusi air oleh karena sanitasi yang buruk saja telah melampaui 1,5 miliar
dolar AS per tahun. Tahun 2006, Indonesia kehilangan 2,3 persen produk domestik
bruto yang disebabkan oleh sanitasi dan kebersihan yang buruk. Program
Restorasi Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan merupakan salah satu program
sanitasi yang bertujuan memperbaiki status kesehatan jangka panjang dari
masyarakat yang terkena dampak tsunami, khususnya perempuan dan anak-anak, di
propinsi Aceh melalui kombinasi antara peningkatan akses terhadap air bersih
dan sanitasi dan pendidikan mengenai praktik-praktik kesehatan dan kebersihan
yang baik.
Di Indonesia, PDAM
sebagai instalasai pengolahan air dan jaringan-jaringan distribusi air kepada
pelanggan yaitu masyarakat luas harus diberi pelatihan untuk mengoperasikan dan
memelihara sarana-sarana sanitasi air dengan baik. Merupakan sebuah tragedi,
jika dunia tidak dapat mencapai target dalam bidang air minum dan sanitasi. Air
minum yang aman dan sanitasi jelas sangat penting bagi kesehatan yang resikonya
kini sering diabaikan.
Sejumlah perusahaan dan
organisasi serta komunitas yang bergerak di bidang Air dan sanitasi tidak boleh
menutup mata akan berbagai permasalahan masyarakat Indonesia yang menyangkut
tak tersedianya akses air bersih dan sanitasi yang memadai. Para
perusahaan dan organisasi harus mengajak seluruh lapisan masyarakat, pemerintah
dan dunia usaha bagaimanapun caranya untuk dapat bersama kita memberikan solusi
untuk mengatasi masalah akses air bersih, sanitasi serta pola hidup bersih
sehat.
Problem air bersih di
Indonesia memang sangat mengkhawatirkan. Untuk mengatasi masalah ini harus
dilakukan secara strategis dengan melibatkan berbagai pihak. Contohnya saja
para siswa-siswa mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas serta
juga para tokoh masyarakat agar dapat mempromosikan cara menjaga kebersihan dan
pola hidup sehat yang baik. Namu, para guru pun
tidak boleh tinggal diam saja. Para guru harus dibekali dengan
pelatihan-pelatihan bagaimana untuk dapat menjadi pendidik yang dapat
mempraktikkan berbagai cara untuk menciptakan kebersihan lingkungan serta pola
hidup sehat yang baik dengan menggunakan metodologi pembelajaran aktif.
Dalam masalah air bersih
dan sanitasi saat ini, tanpa pemahaman dan kesadaran akan praktik-praktik
kebersihan yang baik, perbaikan infrastruktur saja tidak akan cukup untuk
memelihara kesehatan dalam jangka panjang. Salah satu badan kesehatan
dunia oleh PBB yaitu WHO harus membuat strategi baru terhadap
kesehatan masyarakat dan lingkungan untuk menurunkan permasalahan kesehatan
global, melalui upaya pencegahan kesehatan. Dengan menangani akar penyebab
penyakit, seperti air dan sanitasi yang dapat mengurangi 24 % permasalahan
penyakit global akibat lingkungan tersebut.
Kini semakin
berkembangnya tehnologi dan pemikiran manusia, muncullah berbagai ide-ide yang
dapat sedikit mengurangi dampak tercemarnya air. Penjernihan air adalah salah
satu ide-ide yang bermunculan ditengah problem dunia yang sangat
mengkhawatirkan ini. Cara penjernihan air dapat dilakukan secara alami maupun
kimiawi. Namun ada suatu cara penjernihan air yang berhasil ditemukan oleh
salah seorang pemuda Indonesia yang disajikan dapat digunakan di daerah
pedesaan karena alat dan bahan yang dibutuhkan sangatlah mudah didapatkan yaitu
penjernihan air dengan biji kelor. Bahan-bahan yang diperlukan antara lain
batu, pasir, kerikil, arang tempurung kelapa, arang sekam padi, tanah liat,
ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan
lainnya. Penjernihan air dengan biji kelor dapat dikatakan penjernihan air dengan bahan kimia, karena
tumbukan halus biji kelor nantinya dapat menyebabkan terjadinya gumpalan pada
kotoran yang terkandung pada air. Adapun keuntungan yang kita dapat dengan
metode penjernihan air dengan menggunakan biji kelor ini adalah selain tidak
berbahaya bagi kesehatan, metode ini dapat pula menjernihkan air berlumpur
maupun air keruh. Selain itu keuntungan yang di dapat adalah kualitas air akan
lebih baik, yaitu berkurangnya kuman dan zat organik serta air akan lebih cepat
mendidih jika dipanaskan.
Kini mari saatnya kita
fikirkan bersama bagaimana cara mengatasi salah satu problem terbesar dunia
saat ini mengenaik sanitasi dan air bersih. Mari kita memulai dengan cara yang
kecil terlebih dahulu untuk bersama menciptakan dan menerapkan cara hidup sehat
yang baik mulai dari kita sendiri. Jika bukan kita yang mengawali, siapa lagi .
. . ?!
0 komentarator :
Post a Comment