Kesehatan adalah harta yang paling sangat
berharga bagi kita saat ini. Kesehatan merupakan kondisi yang mencakup
mental, fisik, dan sosial. Saat ini banyak penyakit yang diderita tidak
disebabkan oleh kuman atau bakteri, tetapi lebih disebabkan oleh kebiasaan atau
pola hidup tidak sehat. Tahukah anda semua jikalau kesehatan seseorang itu
dapat ditentukan sejak kita masih berada di dalam kandungan. Surat
kabar Inggris Observer menulis, terdapat kemungkinan terjadinya
serangan kanker pada anak-anak akibat dari gaya hidup ibunya yang kurang sehat,
meskipun kondisi itu terjadi sebelum kehamilan. Beberapa faktor utamanya
seperti merokok, minum alkohol, dan beberapa zat-zat beracun lainnya yang
termakan saat dalam kehamilan, akan menyebabkan serangan kanker pada masa akhir
hidupnya.
Menurut seorang
pakar dan spesialis gizi terkemuka, Prof. Ricardo Yu, kemungkinan seorang anak
untuk terkena penyakit kanker tersebut bisa saja terjadi sejak sebelum
kehamilan. Hal ini tergantung pada pola hidup sang ibu sebelum dan selama
kehamilan.
Profesor yang juga merupakan penasehat WHO tersebut
mengatakan bahwa kebiasaan sang ibu seperti merokok atau minum alkohol dapat
memainkan peranan penting dalam kerentanan anak terkena kanker. Seorang
peneliti di Fakultas Kesehatan dan Kedokteran London mengatakan, kemungkinan
anak terkena kanker itu akan meningkat tergantung pada gen orang tua dan
kebiasaannya setelah pubertas. Terdapat bukti ilmiah yang mengungkapkan
besarnya peranan orang tua serta kondisi kehidupan keluarga dalam kesehatan
anak.
Oleh karenanya, selama masa kehamilan kesehatan sang Ibu dan bayi
di dalam kandungan harus mendapat perhatian yang khusus agar kelak hidupnya
dapat sehat.
Hingga saat ini sudah banyak program-program pembangunan kesehatan
di Indonesia yang ditujukan pada penanggulangan masalah-masalah kesehatan ibu
dan anak. Pada dasarnya program-program tersebut lebih menitik beratkan pada
upaya-upaya penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar dan
angka kematian ibu.
Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak
sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di
dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor
kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai
pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit,
kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun
negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pacta dasarnya
adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar.
Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk
pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan,
tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.
Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi
kesehatan bayi adalah makanan yang diberikan baik saat masih di dalam kandungan
maupun saat balita. Dalam setiap masyarakat ada aturan-aturan yang
menentukan kuantitas, kualitas dan jenis-jenis makanan yang seharusnya dan
tidak seharusnya dikonsumsi oleh anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai
dengan kedudukan, usia, jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu.
Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa
melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola
pemberian makan pada bayi yang berbeda, dengan konsepsi kesehatan modern.
Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa
melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola
pemberian makan pada bayi yang berbeda, dengan konsepsi kesehatan modern.
Sebagai contoh, pemberian ASI menurut konsep kesehatan moderen ataupun medis
dianjurkan selama 2 (dua) tahun dan pemberian makanan tambahan berupa makanan
padat sebaiknya dimulai sesudah bayi berumur 4 tahun.
Demikian pula halnya dengan pembuangan colostrum (ASI yang pertama
kali keluar). Di beberapa masyarakat tradisional, colostrum ini dianggap
sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik diberikan pada bayi karena warnanya
yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang menganggap bahwa colostrum dapat
menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada bayi. Sementara, colostrum
sangat berperan dalam menambah daya kekebalan tubuh bayi.
Walaupun pada masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakan
permasalahan yang besar karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI, namun
yang menjadi permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai dengan
konsep medis sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan
bayi.
Disamping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga kurang. Hal
ini disebabkan banyaknya pantangan terhadap makanan yang dikonsumsi si ibu baik
pada saat hamil maupun sesudah melahirkan.
Dalam hal melakukan
upaya-upaya perbaikan perlu disadari bahwa hubungan ibu dan anak sangat erat
dimana kondisi kesehatan ibu akan dapat secara langsung mempengaruhi kondisi
kesehatan anaknya, baik mulai dari kandungan maupun setelah persalinan. Oleh
karena itu, penting sekali menempatkan konteks reproduksi dalam program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sehingga diharapkan kondisi kesehatan seseorang
benar-benar dapat terpelihara sesuai dengan konsep medis yang tepat sejak ia
berada dalam kandungan, masa kanak-kanak, masa remaja hingga dewasa.
Oleh sebab itu, mari bersama-sama kita kampanyekan menurut
prospeksi kita masing-masing mengenai aksi pentingnya mendukung kesehatan bunda demi lahirnya sang buah
hati yang sehat nantinya dan ikut mendukung gerakan Nutrisi Untuk Bangsa agar anak-anak Indonesia nantinya dapat hidup dengan sehat dan
berprestasi.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Referensi: USU digital library;
Tulisan
ini dilombakan pada: Blog Writing Competition
0 komentarator :
Post a Comment